RSS

Dilema Mahasiswa Antara Kritis dan Tawadhu'



Mahasiswa merupakan bibit-bibit yang dapat memperjuangkan kemerdekan bangsa dan sebagai pundak kemajuan Negara. Sebagai agent of change atau sering di koar koarkan sebagai agen perubahan. Karena dalam diri seorang mahasiswa memiliki semangat yang tinggi menuju perubahan. Dalam realitas, dari zaman dulu sampai sekarang, telah terbukti peranan mahasiswa yang menginginkan perubahan sistem pemerintahan,bahkan system dalam perkampusan sendiri yang dianggapnya tidak sepemikiran dengan para mahasiswa. Sifat ini sering disebut sebagai sifat kritis mahasiswa. Demonstrasi yang kerap kali dijadikan sebagai bentuk ekspresi perlawanan terhadap suatu kebijakan merupakan peristiwa yang tidak heran lagi terjadi di jagat raya Indonesia.


Dalam hal ini dibutuhkan sikap dan pemikiran yang kritis untuk dapat menjadi mahasiswa yang idealnya sebagai orang yang “ bebas berfikir” dalam mengemukakan pendapat dan argument argumentnya. Berpikir kritis adalah kemampuan dalam membuat penilaian terhadap satu atau lebih pernyataan dan membuat keputusan yang objektif berdasarkan pada pertimbangan dan fakta yang mendukung.  Berpikir kritis merupakan hal penting dan mendasar untuk semua ilmu pengetahuan, termasuk psikologi. Tentu saja berfikir kritis seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh mahasiwa, sebagai pacuan dalam mengasah kecerdasan dalam mempertahankan argument sehingga dengan pemikiran pemikiran yang kritis mahasiswa mampu mengajukan pertanyaan,mendefinisikan istilah,menilai fakta,menganalisi berbagai asumsi dan bias,menghindari penalaran yang emosional,mempertimbangkan berbagai interpretasi lain dan mentolelir ketidakpastian.

Disisi lain mari kita tengok tentang kedudukan sopan santun yang harus mahasiswa  jaga. Sopan santun adalah nilai keberadaban sebuah komunitas,semakin tinggi nilai kesopanan dan kesantunan seseorang maka semakin beradab pula orang tersebut,sifat ini memiliki tujuan dan konsep dasar yang sama untuk membentuk hubungan dan pergaulan yang baik antar sesama. Dengan pengertian lain sopan santun adalah cara yang kita terapkan dalam kehidupan dan social untuk mencerminkan kondisi diri kita, semakin kita memegang konsep sopan santun dalam kehidupan kita,maka orang lain semakin tahu bagaimana kualitas diri kita. Dalam hal ini tentu saja berhubungan dengan hal hormat menghormati.

Menengok kembali pada diri mahasiswa saat ini yang terkesan mengedepankan pemikiran yang di anggapnya kritis,cerdas,dinamis dan berempati, merasa sudah menjadi sang juara jika telah mengalahkan perdebatan perdebatan hebat yang mereka ciptakan secara kontroversi dalam pendiskusian dengan kekritisannya, entah itu dengan mahasiswa sendiri atau bahkan dengan dosen, yang dalam hal ini menjadi pembicaraan tentang tawadhu’ atau sopan santun yang seharusnya dijaga antara pendidik dengan yang di didik. Sopan santun dan ketawadhu’an dalam berbicara yang kerapkali dilupakan oleh mahasiswa belakangan ini, Ya, hal tersebut merupakan hakikat penting yang harus diterapkan dalam setiap perilaku kita sehari-hari. Dalam perilaku dan dalam berbicara. Berbicara pun ada aturannya. Kita tidak boleh berbicara sembarangan atau menyinggung perasaan orang lain terlebih melupakan dengan siapa kita berbicara. Memang dalam hal kritikus tidak mengenal apa itu persinggungan perasaan, yang jelas apa yang bisa dikritisi menjadi senjata ampuh untuk memenangkan perdebatan dan argument argument, itu sudah menjadi acuan yang dimiliki kritikus terlebih mahasiswa kritis saat ini.  Lalu untuk masalah sopan santun yang harus dipunyai mahasiswa kepada siapa mereka mengemukakan pendapat dan berbicara merupakan sesuatu yang saat ini banyak di sorot pendidik (dosen), yang seringkali menyayangkan sikap mahasiswa yang kritikus namun lupa akan kesopanan yang harus dijaga pula. Menjadi kritis bukan berarti harus melupakan tanggung jawab mereka sebagai seorang terdidik yang mengemban juga tata cara kesopanan berperilaku dan berbicara.

Kerapkali mahasiswa dalam mengkritisi lupa dalam Penyampaiannya secara emosional, semau yang berbicara, tanpa memperdulikan sejauh mana tingkat penerimaan orang yang dikritik itu terhadap kritikan. Tidak ada pendasaran. Kritikan yang diberikan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, mahasiswa yang  memberikan kritikan hanya bisa mengucapkan salah, tidak cocok, tidak setuju, menolak tanpa memberikan pendasaran yang jelas. Pengkritik(mahasiswa) tidak suka atau benci dengan obyek yang dikritik, sehingga pengkritik selalu berusaha untuk menjatuhkan orang yang dikritik. Tidak memperdulikan bahwa orang lain pun punya perasaan. Kritik pedas yang terlalu berlebihan sehingga membuat obyek yang dikritik menjadi malu, under estimate, tidak percaya diri bahkan mengalami traumatik. Kritik cenderung menyalahkan orang lain, disampaikan dengan amarah, membabi buta. Itulah gambaran gambaran kritikus yang terjadi pada diri mahasiswa yang melupakan etika dalam kesopanan atau ketawadhu’an, terlebih kepada siapa dia bebas mengkritik. nilai-nilai moral dan kesopanan yang telah memudar serta penguasaan terhadap kecerdasan IESQ tidak seimbang dapat dijadikan alasan mengapa banyak orang pada akhirnya menyampaikan kritik secara tidak baik.

Jadi bagaimana untuk menjadi mahasiswa yang tetap kritis namun tetap menjaga kesopananya? Tentu saja,itu semua Memang menjadi hak orang yang dikritik sepenuhnya apakah akan menerima kritik dan saran itu atau tidak. Tetapi semestinya ketika kritikan itu adalah sebuah kebenaran, layaknya diterima dengan lapang dada,tidak akan menjadi persoalan. Dan point penting lainnya yaitu kita sebagai mahasiswa yang bebas mengkritik jangan pernah pula melupakan dengan siapa kita berbicara saat mengkritik  , karena ada tata aturannya. Tata aturan itulah yang juga harus dijalankan dalam menyampaikan kritik baik oleh orang yang mengkritik maupun obyek yang dikritik.


NB : Opini Bulletin As Shahda :) by : Aydha Ef El

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar